paradox in paradise
Ada yang selalu menarik perhatian saya, seolah mata saya dipaksa untuk melihat dan memperhatikan “tubuh” yang sedang tidur di ruang-ruang publik kota Jakarta. Ketika ruang personal terhampar di ruang publik, tubuh-tubuh itu meryergap daya visualitas dan mengguncang psikologi saya. Di gerbong kereta ekonomi, di stasiun kereta, di trotoar, di pasar, di terminal, di atas Bus Way, di sekitar gedung bertingkat yang sedang di bangun, tubuh-tubuh itu menyita pehatianku, menciptakan paradoks pada Jakarta yang tengah terbuai dalam mimpi tentang "surga" nan gemerlap. Jakarta yang Modern. Jakarta yang ingin menjadi pusat pehatian dunia sejak monumen yang gigantik ditancapkan di beberapa penjuru Jakarta, selepas Indonesia merdeka.
Tidak semua orang beruntung hidup di Jakarta yang kompetitif, sebagian orang tidak bisa membeli rumah, atau menyewa tempat tinggal. Harapan yang begitu besar membuat kaum urban ini bertahan, apapun resikonya. Kita semua berharap bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, tentu dengan tidak melupakan bahkan mengorbankan subyek-subyek yang terlibat di dalamnya, sekecil apapun sumbangan yang telah mereka berikan.
Comments 1
Say something